Klik Link Di Bawah Ini untuk Menyumbang Semangat Pembuatan Blog

Rabu, 30 September 2009

Berlayar Menuju Pantai Harapan

Anda adalah perahu kokoh yang sanggup menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan layar gagah menentang angin. Kesejatian Anda adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai dan menemukan pantai harapan. Sehebat apapun perahu diciptakan, tak ada gunanya bila hanya tertambat di dermaga. Dermaga adalah masa lalu Anda. Tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan Anda. Jangan biarkan masa lalu menambat Anda di situ. Lepaskan diri Anda dari ketakutan dan penyesalan. Berlayarlah. Bekerjalah.

Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan Anda dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Di situlah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri Anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.


Lihat yang lain..

Read More..

Paku

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah…

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah… lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku. Tapi, lihatlah lubang-lubang dip agar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini… di hati orang lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada… dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik…”

Read More..

Ketekunan Adalah Kekuatan Anda

Apa yang Anda raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang Anda lakukan terus-menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila Anda yakin pada tujuan dan jalan Anda, maka Anda harus memiliki ketekunan untuk tetap berusaha. Ketekunan adalah kemampuan Anda untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Anda harus tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di langkah pertama. Memang semakin jauh Anda berjalan, semakin banyak rintangan yang menghadang. Bayangkan, andai saja kemarin Anda berhenti, maka Anda tidak berada di sini sekarang. Setiap langkah menaikkan nilai diri anda. Apa pun yang Anda lakukan, jangan sampai kehilangan ketekunan Anda. Karena ketekunan adalah daya tahan Anda.

Pepatah mengatakan bahwa ribuan kilometer langkah dimulai dengan satu langkah. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari banyak langkah-langkah kecil. Dan langkah pertama keberhasilan harus Anda mulai dari rumah Anda. Rumah Anda yang paling baik adalah hati Anda. Itulah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali. Karena itu mulailah kemajuan Anda dengan memajukan hati Anda, kemudian pikiran Anda dan usaha-usaha Anda. Ketekunan hadir bila apa yang Anda lakukan benar-benar berasal dari hati anda.

Situs tokoh-tokoh komik dunia.

Read More..

Selasa, 22 September 2009

Mawar untuk ibu

Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 Km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadih kecil, “Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu.”

Pria itu tersenyum dan berkata, “Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau.” Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, “Ya tentu saja. Maukah Anda mengantarkan ke tempat ibu saya?”

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, dimana lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal ini, hati pria itu menjadi trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 Km menuju rumah ibunya.

(diadaptasi dari: Rose for Mama – C. W. McCall)

Read More..

Misi Hidup Dalam Sebuah Kerja.

Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.


Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, “Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun.” Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, “Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.

Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam kerja: menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.

Situs informasi tentang hadiah Nobel.

http://www.nobel.se

Motivasi Corner

Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan. (Robert F.Kennedy)

Setiap pria dan wanita yang sukses adalah pemimpi-pemimpi besar. Mereka berimajinasi tentang masa depan mereka, berbuat sebaik mungkin dalam setiap hal, dan berbuat setiap hari menuju visi jauh kedepan yang menjadi tujuan mereka. (Brian Tracy)

Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya. (H.Jackson Brown,Jr)

Read More..

Temukan Cinta Anda

Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela.


Apa saja. Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.

********************

Situs Informasi tentang CIA.

http://www.odci.gov

********************

Read More..

Garam dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.



“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah”. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.

“Segar.”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, Tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama”.

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

********************

Situs 10.000 Kisah Misteri.

http://www.mysteries.com

********************


Read More..

Memberi Tanpa Pertimbangan

Cobalah untuk mengawali suatu hari dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tak terlalu berharga di mata anda. Mulailah dari uang receh. Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hany untuk satu tujuan: diberikan. Apakah Anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan telinga. Atau, anda sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta. Tak peduli bagaimana pendapat Anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.



Barangkali ada rasa enggan dan kesal. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian Anda. Bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis. Ingat, kali ini Anda hanya sedang “berlatih” member; mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada berarti? Rasakan saja, kini sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan Anda. Sesuatu itu bernama kasih sayang.

Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. Arus sungai adalah rasa kasih dari dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang Anda berikan. Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati.

Read More..

Senin, 21 September 2009

Malaikat Pelindung.

Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka, ia bertanya kepada Tuhan. “Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku disana?”


Tuhanpun menjawab. “Diantara semua malaikat-Ku, aku akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatimu dan mengasihimu. “Si kecil bertanya lagi, “Tapi, disini, di surga ini, aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia. Tuhanpun menjawab, “Tak apa, malaikatmu itu, akan selalu menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia.” Namun si kecil bertanya lagi, “Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai?


Tuhanpun menjawab, “Malaikatmu itu, akan membisikkanmu kata-kata yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia.” Si kecil bertanya lagi, “Lalu, bagaimana jika aku ingin berbicara padamu, ya Tuhan?”


Tuhanpun kembali menjawab, “Malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia akan menengadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk berdoa.” Lagi-lagi, si kecil menyelidik, “Namun, aku mendengar, disana, ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?


Tuhanpun menjawab, “Tenang, malaikatmu, akan terus melindungimu, walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia, sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu.” Namun, si kecil kini malah sedih, “Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi.


Tuhan menjawab lagi, “Malaikatmu, akan selalu mengajarkanmu keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat pada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau begitu, aku akan selalu ada disisimu.”


Hening. Kedamaianpun tetap menerpa surga. Namun, suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. “Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong, sebutkan nama malaikat yang akan melindungiku…”


Tuhanpun kembali menjawab. “Nama malaikatmu tak begitu penting. Kamu akan memanggilnya dengan sebutan: Ibu…”



********************
Di ambil dari situs resmi sang juara dunia balap F-1
http://www.michael-schumacher.com
********************

Read More..

Minggu, 20 September 2009

Bersyukurlah Pada Apa Saja.

Anda wajib mensyukuri apa pun yang menimpa Anda. Ini bukan masalah keberuntungan. Bersyukur menuntun Anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa Anda tidak realistis. Namun, sebenarnya sikap Anda jauh lebih realistis, yaitu membebaskan diri Anda dari kecemasan atas kesalahan.




Bersyukur mendorong Anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup Anda selain sikap bersyukur. Semakin banyak Anda bersyukur semakin banyak Anda menerima. Semakin banyak Anda mengingkari, semakin berat beban yang Anda jejalkan pada diri Anda. Kebanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu menyukurinya. Karena, Anda takkan pernah berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah Anda berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha Anda lakukan karena Anda melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukur sisi positif itu tampak di pandangan Anda.


********************

Situs Lengkap untuk Download Lagu MP3

http://www.bresso.com

********************

Read More..

Tindakan Kita Sebatas Kita Memandang Dunia

Bila Anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak sempit, dan tindakan Anda pun jadi kerdil.

Namun, bila Anda memandang diri Anda besar, dunia terlihat luas, Anda pun melakukan hal-hal penting dan berharga.
Tindakan Anda adalah cermin bagaimana Anda melihat dunia. Sementara dunia Anda tak lebih luas dari pikiran Anda tentang diri Anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dari bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita. Padahal dunia tak butuh penilaian apa-apa dari kita. Ia hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat. Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.

Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negative terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan, dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.

Read More..

Sabtu, 19 September 2009

Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Menjadi Bukit

Pepatah ini sederhana saja, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Kita biasa memaknainya, bahwa bila kita mengumpulkan sesen demi sesen, pada saatnya kita akan dapatkan sepundi. Namun sesungguhnya pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat, atau ketekunan menabung.


Pepatah ini menyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar sekantung keeping uang, yaitu: bila mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan dapati kebesaran dalam jiwa kita.


Bagaimanakah tindakan-tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa sang pemiliknya? Yaitu, bila disertai dengan secercah kasih saying di dalamnya. Ucapan terima kasih, sesungging senyum, sapaan ramah, atau pelukan bersahabat, adalah tindakan yang mungkin sepele saja. Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripada bukit tabungan anda.


Read More..

Klik Di Bawah Ini Untuk Menyumbang Semangat Ke Blog Ini

  © Blogger templates 'Neuronic' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP